Wajah manusia menyimpan banyak ekspresi. Membaca pesan halus yang tersirat dari ekspresi wajah bukanlah pekerjaan mudah bagi semua anak. Kemampuan mengenali dan membaca ekspresi wajah adalah aspek penting bagi kesejahteraan fisik dan emosional anak.
Kita mungkin sudah hapal dengan setiap lipatan dan celah wajah mungil anak kita. Alisnya yang tertarik saat gembira, bibirnya yang manyun saat kesal, hidungnya yang bergerak saat serius, lidahnya yang terjulur saat asyik, atau mulutnya yang ternganga saat terpanah. Kita sangat menikmati gerakan-gerakan ini sejak mereka lahir. Mengenali perubahan wajah mereka, membaca dan mengartikannya secara alami telah menjadi bakat kita.
Sebaliknya, kemampuan mengenali dan membaca ekspresi wajah kita telah membantu anak dalam membukakan cendelanya untuk mengenal dunia. Anak mulai mengerti lebih luas tentang kehidupan sosial dengan cara menatap dan mempelajari ekpresi wajah kita.
Sebegitu pentingkah kemampuan mengenali dan membaca ekspresi wajah bagi anak?
Kemampuan mengenali dan membaca ekspresi wajah penting sebagai dasar kecerdasan emosional.
Mungkin tanpa kita sadari, dengan tersenyum kita telah membantu memantabkan keyakinkan anak dalam mempelajari perilaku mana yang bisa diterima dan perilaka mana yang seharusnya dihindari. Lebih dari itu, mampu mengenali wajah kita akan memberi anak rasa aman. Anak dengan pengelihatan normal sudah bisa mengenali wajah orang tua pada usia sekitar enam bulan, dan mereka akan barbalik menatap wajah orang tua saat merasa tidak aman atau membutuhkan perlindungan.
Wajah manusia menyimpan banyak ekspresi. Membaca pesan halus yang tersirat dari ekspresi wajah bukanlah pekerjaan mudah bagi semua anak. Kemampuan mengenali dan membaca ekspresi wajah adalah aspek penting bagi kesejahteraan fisik dan emosional anak.
Dengan mengindentifikasi orang lain dan membaca ekspresi wajah mereka, anak telah mengumpulkan banyak informasi penting yang diperlukan agar bisa berhubungan dengan individu lain. Kemampuan mengenali ekspresi wajah orang lain membantu anak untuk mempelajari rasa empati yang berguna sebagai pentunjuk arah dalam kehidupan sosial yang lebih kompleks.
Kemampuan mengenali dan membaca ekspresi wajah penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
Tidak jarang, kita memberikan isyarat pada anak melalui ekspresi wajah kita untuk menunjukkan bahwa kita setuju atau tidak setuju dengan tindakan mereka – terutama saat kita berada dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk memperingatkan anak dengan kata-kata. Bayangkan, betapa sulitnya jika anak tidak mampu mengartikan pesan yang tersirat dari ekspresi wajah kita? Anak dengan kesulitan seperti ini sering menimbulkan kesalahan identitias, menyalah artikan isyarat dan membuat banyak kesalahan dalam kehidupan sehari-hari – sehingga tanpa bekal strategi yang efektif untuk menanggulangi masalah seperti ini, maka anak akan kehilangan rasa percaya diri.
Bagaimana cara mengetahui apakah anak menderita kesulitan mengenali wajah?
Kesulitan dalam mengenal wajah yang sangat parah, seperti tidak bisa mengenali wajah seseorang hanya karena dia memakai kacamata, ganti potongan rambut atau memakai topi, dikenal dengan istilah prosopagnosia. Kasus prosopagnosia adalah kasus umum yang menimpa dua persen dari jumlah penduduk. Banyak orang berasumsi prosopagnosia hanya terjadi dalam spektrum autis. Sementara penelitian menunjukkan prosopagnosia juga bisa terjadi di luar spektrum autis. Prosopagnosia pun bisa dialami secara berbeda antara penderita satu dengan penderita lainnya.
Terlepas apakah anak menderita prosopagnosia atau tidak, sangat penting bagi anak untuk bisa belajar membaca dan mengerti ekspresi wajah seseorang. Selama pengelihatan anak normal, kita bisa memantau apakah anak menderita kesulitan mengenali wajah, misal:
- Apakah dia lebih suka menggunakan strategi non-facial dalam mengenali seseorang, misal dari bentuk rambut, suara, baju, dan sebagainya.
- Apakah dia sering salah mengidentifikasi orang?
- Apakah dia tidak bisa mengenali wajah seseorang yang dia kenal sebelumnya setelah orang tersebut memakai topi atau kaca mata hitam?
- Dengan ditunjukkan beberapa ekpresi wajah, apakah dia bisa membaca atau mengartikannya?
- Bisakah anak membaca ekspresi wajah yang lebih kompleks, misal saat seseorang tampak bosan karena dia berbicara terlalu banyak?
No comments:
Post a Comment