Dua hari yang lalu cuaca lagi indah (baca: matahari bersinar). Si Kutilang mengundang salah satu teman sekelasnya untuk datang bermain. Namanya Maria. Si Maria ini anak termuda di kelas. Meski sudah kelas 3 SD, umurnya belum genap 8 tahun. Karena badannya yang bongsor, orang sering mengira dia sudah kelas 4. Yang menarik dari si Maria, dia masih suka nangis ‘hoa-hoa’ kalau lagi ngambek.
15 menit setelah telpon ditutup, si Maria datang dengan atribut khasnya, warna pink dan ungu. Bahkan scooter-nya pun pink. Kami bertiga duduk di teras sambil mengawasi si Bogang yang lagi main bola sama anak tetangga. Si Maria mengeluarkan sebuah buku dari tas cangklong pink-nya. Coba tebak apa warnanya? That’s right, ungu muda dengan bunga-bunga warna pink.
“Wow, cantik banget bukunya,” komentar FunkyMami basa-basi.
“Ini bukan buku, tapi kertas-kertas surat. Aku sengaja bawa ke sini soalnya aku mau nulis surat cinta,” kata si Maria tanpa ba-bi-bu. Dia tersenyum-senyum sampai pipinya yang sehat sewarna dengan tasnya. Berusaha tidak terkejut FunkyMami menanyakan siapa gerangan si cowok beruntung.
“Ini bukan buku, tapi kertas-kertas surat. Aku sengaja bawa ke sini soalnya aku mau nulis surat cinta,” kata si Maria tanpa ba-bi-bu. Dia tersenyum-senyum sampai pipinya yang sehat sewarna dengan tasnya. Berusaha tidak terkejut FunkyMami menanyakan siapa gerangan si cowok beruntung.
Si Kutilang berbisik:
“Dia jatuh cinta sama Yan.”
“Dia jatuh cinta sama Yan.”
Si Kutilang harus berbisik karena kebetulan si Yan adalah tetangga kami yang rumahnya berdempetan dengan rumah kami. Bahkan kebun kami hanya dipisah oleh semak-semak rendah. Dan saat itu pula, dengan jarak lima meter kami bisa melihat si Yan yang lagi loncat-loncat di atas trampolin. Sesekali mulutnya mengangah terengah-engah, sesekali kakinya terbentang kesamping, persis katak loncat. Dalam hati FunkyMami bilang, ‘Oke, Maria jatuh cinta sama pangeran kodok.’
“Hi! Lagi ngapain kalian?” teriak si Yan sambil terengah-engah.
“Lagi melakukan suatu rahasia yang kamu nggak boleh tahu!,” balas si Maria berteriak, lalu cekikian dan merepet-repet ke Kutilang saking senengnya.
Surat cinta pun ditulis.
Si Kutilang dan si Maria pun mulai sibuk mengatur kertas, memperisapkan pulpen warna ungu dan pink, menghias pinggir kertas. Si Kutilang menyarankan pakai penggaris dan potlot lalu menggambar hati kecil-kecil di atas garis tersebut. Sibuk banget mereka sambil cekikikan. Dah persis anak teenager. Nggak ada rasa malu sedikitpun sama FunkyMami, atau setidaknya berusaha merahasiakannya. Pokoknya FunkyMami dianggap patung berbentuk ibu-ibu dah. FunkyMami pikir, ada sesuatu yang salah dengan anak-anak ini. SALAH BESAR. Nggak cuman mereka terlalu terus terang, tapi mereka juga bersikap seolah semuanya wajar.
APA YANG TELAH MENIMPA ANAK-ANAK JAMAN SEKARANG?
SUDAH BERANI BICARA SOAL CINTA MESKI INGUS MASIH MBELER?
KARENA KEBANYAKAN MAKAN TELUR AYAM LEHOR KAH?
KARENA DAMPAK GLOBAL WARMING KAH?
KARENA SALAH ASUHAN KAH?
ATAU KARENA KESALAHAN LETAK TITIK KOORDINAT TEMPAT MEREKA LAHIR DAN TUMBUH
(alias nggak pernah mengenal budaya Timur)?
FunkyMami bisa bayangkan, seandainya dulu pas SMA FunkyMami ketahuan nulis surat cinta, pasti ada lemparan selop yang mendarat di jidat. Jangankan nulis surat cinta, kakak FunkyMami yang dulu sudah kelas 3 SMP saja kena semprot habis-habisan di depan seluruh anggota keluarga hanya gara-gara menerima surat cinta. Padahal itu surat sudah disembunyikan di lipatan baju dalam lemari. Tapi berhubung alm.ibu FunkyMami orang yang sangat kreatif, maka surat cita itu bisa tertangkap basah juga. Kakak FunkyMami yang tidak bersalah hanya bisa meneteskan air mata karena malu.
Sebenarnya FunkyMami nggak tahan pingin segera membahas masalah cinta-cintaan ini sama kedua bocah cilik ini. Tapi berhubung si Maria ini anak orang maka FunkyMami putuskan untuk menunggu sampai Maria pulang. Yang jelas, tema ini sangat manarik, kalau tidak mau dibilang mengganjal. Di samping itu, FunkyMami juga penasaran, sejauh mana sih pengetahuan mereka soal cinta? Maka FunkyMami pun pasang kuping sambil pura-pura jadi patung ibu-ibu. Percakapan si Kutilang dan si Maria kira-kira berlangsung seperti ini:
“Oke, aku mau nulis BUAT YAN TERSAYANG. AKU MENCINTAIMU LEBIH DARI APAPUN. Hem... terus apa lagi ya?”
“Tulis kamu pingin menikah dengannya.”
“Oh, oh, ya... bisa aku tambahin, JIKA MEMANDANGMU AKU JADI MEMBAYANGKAN MENJADI PENGANTIN.”
Huahahahaha...! FukyMami rasanya pingin ngakak. Ih, norak banget nih anak-anak SD. Nangis juga masih ‘hoa-hoa’, pake pingin jadi pengantin segala! Tiba-tiba si Maria menunjukkan hasil tulisannya ke FunkyMami tanpa malu-malu.
“Coba lihat, bagus ya, ‘Cinta’nya aku kasih warna pink?” kata si Maria.
OH MY GOD! Nguping lagi...
“Cuman itu doang?”
“Oh, aku bisa tambahin, KALAU AKU TIDUR DAN MEMBAYANGKANMU, AKU BISA LIHAT WAJAHMU DI ATAP.”
Lagi, huahahaha...! Kayak lagunya Ebiet G. Ade. Nguping dilanjut...
“Eh, aku pake inisial ya, biar Yan nggak ngerti siapa yang nulis.”
“Apaan tuh inisial?”
“Kayak kode. Misal, Maria kodenya M.”
“Ih bego, pasti dia tahu M itu Maria!”
“Oh, oke, gambar kunci aja ya?”
Alis FunkyMami mengerut. Gambar kunci? Emang dia penunggu kuburan? Apa hubungannya ‘kunci’ sama ‘Maria’. Lagian ngapain susah-susah bilang cinta kalau si korban nggak tahu siapa yang punya rasa. Tahu ah! Anyway, nguping lagi...
“Kok kunci sih? Pake nama orang lain aja.”
“Eh, jangan, itu namanya menghasut. Kasihan orangnya.”
“Oh, iya ya, ya udah gambar kunci ajalah.”
Jadilah, mereka menutup surat cinta itu dengan inisial gambar kunci. Lalu cekikian lagi dan memasukkan surat ke dalam amplop warna pink. Tiba-tiba muncul anak tetangga Si Pipi, yang kebetulan juga sekelas dengan mereka.
“Eh, ngapain kalian?” tanya si Pipi sambil intip-intip di balik pagar.
“Sstt...sstt kesini, coba lihat ini,” kata si Maria sambil mengajak si Pipi masuk teras. FunkyMami jadi bingung, katanya rahasia tapi kok malah bikin ‘woro-woro’. Si Pipi pun gabung dan mulai membaca surat cinta itu. Dia pun ikut cekikan. Dia juga menganjurkan ini itu. Revisi pun dilakukan lagi diiringi dengan segala qiqiqiqi.
Tiba-tiba, muncul satu anak lagi. Si Emma, adik si Yan yang umurnya baru empat tahun.
“Kalian lagi ngapain?” tanya si Emma yang tampak imut dengan kostum princess-nya. Warna pink juga.
“Emma, ini surat cinta buat si Yan. Awas, jangan kasih tahu dia! Janji?” ancam si Pipi.
“Oke,” jawab Emma polos.
Ya ampun, amatir banget. Bagi-bagi rahasia sama anak umur 4 tahun. Mana bisa? Adik si korban lagi! Karena begitu berisik dan ribut, si Bogang dan anak tetangga jadi ikut-ikutan gabung dan jinjit-jinjit pingin tahu ada apakah gerangan di atas meja. Lha, mereka ikut cekikian juga meski nggak tahu apanya yang lucu. Sementara, si pangeran kodok masih tetep loncat-loncat tanpa merasa cedutan sedikitpun.
Surat pun selesai dan siap dikirim ke si korban.
“Eh, gimana caranya agar dia cepat baca?”“Masukkan ke kotak posnya.”
“Ntar orang tuanya yang baca.”
“Oh, iya ya. Kasih tahu dia suruh buka kotak pos secepatnya.”
Mereka sepakat.
“YAAAN...! Buka kotak pos mu secepatnya! Tapi tunggu sebentar, kita mau masukkan surat dulu!” teriak si Pipi yang langsung disruduk kepalanya sama sih Kutilang.
“Gimana sih kamu. Sekarang mah bukan rahasia lagi. Dia pasti tahu itu surat dari kita!” Si Pipi minta maaf dan teriak lagi.
“Sorry Yan, salah infoooo. Suratnya bukan kita yang nulis!”
“Oke,” jawab si Yan masih cuek loncat-loncat.
Perut FunkyMami rasanya kaku menyaksikan kepolosan dan ketololan mereka. Ampun dah. Yang di sini sibuk merasa berbunga-bunga, yang jadi korban cuek aja nggak peduli. Sementara keenam anak besar dan kecil pada gemberuduk lari menuju kotak pos si Yan. Beberapa saat kemudian mereka kembali lagi sambil cekikikan. Si Bogang ikut-ikutan cekikikan tanpa alasan.
“Yan, sekarang kamu dah boleh ambil suratnya,” kata si Kutilang.
“Kalau aku nggak mau?”
“Harus mau!” bentak si Maria.
“Tapi aku nggak punya kuncinya,” kata si Yan. Tetep loncat-loncat.
“Tanya ke mamamu!” saran si Pipi.
Sambil mengeluh karena harus menghentikan kegiatan loncat-loncat, si Yan pun beranjak mengambil surat. Dari tempat kami duduk kami bisa mendengar dia meminta kunci kotak pos dari mamanya. Si cewek-cewek ini langsung semburat lari ke dalam rumah buat sembunyi. Lha, gimana sih? Rahasia dah dibeber, tapi masih juga sembunyi. FunkyMami cuman bisa geleng-geleng.
Nasib sang surat.
Si Yan balik ke kebun dengan membawa sepucuk surat yang sudah dibuka.“Siapa nih yang nulis?” teriak si Yan. Dia tampak bingung begitu melihat cewek-cewek dah pada menghilang.
“Bukan kami!” teriak beberapa suara dari dalam rumah.
“Ini pasti kerjaan si Maria, soalnya pake warna ungu dan pink,” kata si Yan.
Dari dalam kedengaran suara berbisik,” Kamu sih, pake warna ungu dan pink, semua orang juga tahu itu pasti kamu Maria!”
Si Maria teriak dari dalam rumah: “Itu memang pulpenku, tapi yang nulis si Kutilang!”
Terdengar suara berantem dari dalam rumah.
Si Yan bilang: “Oke, kalau nggak ada yang mau ngaku, suratnya aku buang!”
Dan begitulah nasib surat yang dibuat dengan susah payah penuh cekikikan. Sang surat melayang ke dalam kolam ikan. FunkyMami sempat syok dan mengantisipasi tangisan ‘hoa-hoa’ atas perbuatan kejam si Yan. Atau melihat elusan penghibur lara buat si Maria dari teman-teman dekatnya. Eh, tapi yang ada malah tawa cekakakan saat cewek-cewek itu menghambur keluar.
Oh, ada sedikit kekecewaan dalam diri FunkyMami karena harapan FunkyMami untuk melihat seseorang berseduh sedan karena patah hati telah terbang bersama angin. Ternyata urusan cinta-cintaan anak-anak SD ini tidak seburuk yang FunkyMami kira. Memang, FunkyMami pernah baca, cinta monyet anak-anak pra teenager ini adalah semacam penyakit gatal-gatal. Setelah digaruk gatalnya hilang dan pindah ke tempat lain. FunkyMami jadi teringat masa kecil dulu. FunkyMami juga pernah ‘jatuh cinta’ sama teman sekelas selama beberapa saat, kemudian pindah ke anak lain. Begitu saja, tanpa alasan. Dan bukan FunkyMami saja yang mengalami hal seperti ini.
Jadi, sebenarnya, kalau mau diurut-urut, urusan cinta monyet ini nggak ada hubungannya sama urusan didik mendidik dalam rumah, letak titik koordinat lokasi kelahiran dan tumbuhnya si anak atau peternakan ayam lehor. Karena hal semacam ini sepertinya wajar dan bisa terjadi di mana saja tanpa mengenal ras dan budaya.
Cinta monyet anak pra teenager.
Penasaran, FunkyMami pun buka-buka internet. Dari semua artikel tentang cinta monyet yang FunkyMami baca, intinya adalah sama, bahwa wajar jika cinta monyet terjadi pada anak-anak pra teenager dan tidak perlu dikhawatirkan. Yang terpenting adalah pengawasan dan bimbingan orang tua untuk si anak.Cinta monyet anak teenager.
Oke, cinta monyet pra teenager tidak terlalu mengkhawatirkan. Bagaimana kalau sudah teenager? Oh, man, FunkyMami nggak akan pernah lupa dengan pengalaman ini. Tidak akan FunkyMami rela menukar pengalaman ini dengan duit bergebok-gebok sekalipun. Cinta pertama memang tak terlupakan. Bahkan deritanya pun masih bisa dinikmati saking indahnya. Gedubrak! Kalau udah kayak gini nih, anak yang rajin ke masjid, ke gereja, ke wihara, ke pura, atau klenteng pun akan kewalahan menahan serangan panah-panah asmara. Hayo ngaku! Dan alangkah riskannya menggenggam rahasia ‘jatuh cinta’ agar tidak jatuh ke tangan orang tua? Coba, berapa persen dari generasi kita yang berani blak-blakan sama orang tua, 'Permisi Pak, Bu, saya lagi jatuh cinta. Jadi mohon dima’afkan kalau selera makan turun dan lupa bikin PR.' Dipikir-pikir, si Maria masih punya nyali dibanding FunkyMami dulu. Jangankan ngaku ke orang tua, cerita ke kakak adik saja rasanya memalukan. Tapi coba bayangkan, saat cinta berbuah kesengsaraan, betapa beratnya menahan lara sendiri tanpa bisa mengadu pada kakak atau orang tua, orang-orang yang biasanya kita percaya? Makanya, dulu kita lebih suka curhat sama sahabat. Beruntung kalau si sahabat berakal sehat. Kalau tidak? Bukannya selamat yang ada malah tersesat. Bukankah remaja memang suka ikut-ikutan?Tapi misalnya, MISALNYA nih ya, kalau urusan ikut-ikutan teman saat mabuk kepayang memang terjadi, sampai terjadi kehamilan misalnya, siapa yang harus disalahkan? Yang jelas, jawaban tiap individu pasti lain-lain, mulai dilihat dari sudut moral, agama, sosial dan sebagainya. Terlepas dari pandangan masing-masing individu tentang siapa yang harus disalahkan, FunkyMami yakin akan kebenaran satu hal, yaitu KETERBUKAAN. Saat anak mengalami masa-masa kritis jatuh cinta, keterbukaan dengan orang tua adalah tameng dari segala keterpurukan. Karena, jika orang tua mengetahui apa yang sedang terjadi, maka mereka akan bisa mengawasi dan membimbing si anak ke jalan yang benar. Saat ini si Kutilang dan si Bogang memang masih belum mengalami turun nafsu makan gara-gara jatuh cinta, tapi cepat atau lambat hal itu akan terjadi juga. Tentang apa yang akan FunkyMami lakukan nanti dalam menghadapi hal ini, FunkyMami masih belum tahu. Tapi satu hal yang FunkyMami tidak akan pernah lakukan, yaitu mempermalukan anak-anak seperti yang dilakukan orang tua FunkyMami dulu terhadap si kakak. Karena setelah kejadian itu, si kakak memutuskan tidak akan terbuka sedikitpun sama orang tua tentang urusan cinta. Oh, betapa disayangkan. Beruntung dia memiliki adik yang baik seperti FunkyMami *dengan dada membusung* sehingga dia tidak terjermus ke hal-hal yang tidak berguna (kalau kakak FunkyMami baca ini pasti protes).
Sementara, bagi ortu yang saat ini lagi pusing menghadapi anak-anak yang lagi kena penyakit jatuh cinta, mungkin poin-poin di bawah bisa membantu:
Daftar JANGAN:
- Jangan meledek anak soal pacar, terutama di depan saudara dan anggota keluarga lainnya baik dekat maupun jauh. Anak akan merasa malu telah memiliki rasa cinta yang sebenarnya wajar dan positif. Akibat dipermalukan di depan orang-orang ini, si anak bisa menutup diri dari urusan cinta kemudian hari.
- Jangan bertidak berlebihan dan terlalu khawatir bahwa urusan cinta ini bakal serius. Besar kemungkinannya cinta monyet berantakan di tengah jalan. Coba hitung berapa teman-teman kita yang menikahi pacar SMAnya dulu?
- Jangan katakan pada anak “Semuanya pasti akan berlalu.” Hal ini bisa menyepelekan perasaan yang sedang dialami si anak, yang buat dia adalah sangat nyata dan mendalam.
- Jangan berlagak seolah hal ini tidak terjadi. Dilihat dari prespektif si anak, saat ini adalah momen terbesar dan terindah yang pernah terjadi dalam hidupnya sejauh ini. Mereka merasa dicintai dan mencintai. Jika orang tua tidak peduli dengan sesuatu sebesar dan seindah ini, maka mereka bisa menyimpulkan bahwa orang tua tidak peduli dengan mereka.
- Jangan terlalu sering bertanya tentang si pacar, apalagi tiap hari. Hal ini hanya akan memperberat sesuatu yang sedang berkembang dalam urusan percintaan mereka.
Daftar SILAHKAN:
- Berpikir dan bersikap positif, tidak menentang dan tunjukkan interest.
- Tanyakan pada anak apa yang dia sukai dari si pacar atau seseorang yang lagi dia cintai. Beri komentar positif atas kebaikan-kebaikan tersebut.
- Tunjukkan bahwa kita terbuka untuk mendengarkan dan biarkan anak mempunyai inisiatif untuk membuka percakapan dengan kita. Jika kita tidak mendengar apapun setelah satu atau dua minggu, tunjukkan perhatian dengan menanyakan kabar si pacar. Bagaimana sikap si anak saat merespon pertanyaan kita akan menunjukkan bagaimana kondisi hubungan mereka, masih segar atau sudah basi.
- Sering terjadi hubungan cinta usia remaja putus begitu saja tanpa ada alasan khusus. Jika anak kita menderita patah hati atau bingung mengapa dia mendapat perlakukan seperti itu, tunjukkan bahwa kita mengerti perasaan mereka dan berikan keterangan yang bisa membuat mereka mengerti. Misal, daripada mengatakan: “Rudy/Nancy sudah tidak tertarik lagi dengan kamu” lebih baik mengatakan, “Kadang orang berubah pikiran tentang apa yang mereka suka dan tidak tanpa alasan tertentu. Memang, hal ini bisa sangat membingungkan dan sulit dimengerti.”
Kok FunkyMami bisa tahu? Kan anak-anaknya masih kecil. Lho, kan sudah dibilang, FunkyMami buka-buka internet buat nyari info. Ini info bukan dari FunkyMami langsung, tapi dari Jody Johnston Pawel, si pengarang buku The Parent’s Toolshop.
Membahas urusan surat cinta.
Pas FunkyMami lagi sibuk-sibuknya browsing, FunkyMami nggak sadar kalau si Yan dan beberapa teman cowoknya sedang bermain bersama cewek-cewek. Semuanya, besar kecil, pada lari-lari dan teriak-teriak sambil membawa pedang-pedangan. Tak ada kesan drama jatuh cinta atau patah hati sedikitpun dari permainan mereka. Yang ada malah peperangan sengit antar bintang dan planet. Si Yan adalah Darth Vader, si Kutilang adalah putri Amidala, sementara si Bogang adalah robot Artuditu, sementara teman lainnya adalah Master Joda (Yang nggak paham karakter-karakter tersebut, sudah waktunya nonton film Star Wars!). Mereka dan karakter-karakter lainnya sibuk berperang dengan pedang yang bunyinya ‘bzzzz...bzzzz...bzzzz’, lari-lari berpindah dari kebun satu ke kebun lainnya.
Malam hari pas makan malam, kami membahas urusan surat cinta ini. Yang tadinya ‘mengganjal’ berubah menjadi ‘menarik’ setelah menyaksikan perang Star Wars sebagai dampak mendaratnya sebuah surat cinta ke dalam kolam ikan. Tiba-tiba si Kutilang bilang: “Aku juga pernah kirim surat cinta ke seseorang, tapi dia tidak pernah tahu siapa si pengirim.” FunkyMami tetap releks karena ‘efek Star Wars’ - tidak menyela dan tidak mengkritik. Tiba-tiba si Bogang juga bilang kalau dia juga pernah mendapat surat cinta. Ini yang kami langsung syok! Anak umur 3,8 tahun mendapat surat cinta? Yang ini sih bukan hanya ‘mengganjal’, tapi ‘skandal’! Maka secepat kilat kami semua menyerbu si Bogang dengan pertanyaan yang sama ‘Siapa yang telah mengirim surat cinta?’
Dengan muka serius dan suara ditekan dia menjawab: “Kapten Jack Sparrow. Dia ngirim surat cinta, isinya peta tempat harta karun!”
Huahahhaha...!!!
wah...waduh..speechless..sebenernya bukan speechless tepatnya...ngakak sambil guling2...hahahaha..lucuuu..kereen tulisannya mom!...ijin share yaaa...makasih.. :)
ReplyDeleteikut d share yyaaa,,,tq
ReplyDeleteOhhh co cweeetttt,anakku yg gde wis wani nembakkkk yukkk,ditembak opo maneh seringgg hahaha..
ReplyDeleteAh..ternyata sama saja. Lucu & menyenangkan baca pengalamanmu. Jempol tuk tulisanmu FM..
ReplyDelete@Negara: haruskah daku terkejut mendengar anakmu sering ditembak? Lihat dulu siapa mamanya dong...
ReplyDeleteMonggo kalo mau share, akan dido'akan FunkyMami supaya dapat pahala :)
ReplyDeleteCeritanya keren habis mpok. lucu - lucu ya arek cilik kono iku tibak e. Ditambah maneh sing nulis yo ahli mengolah bahasane. Walaupun secara umum jatuh cinta itu adalah soal rasa tapi sebenarnya ia mengandung energi yg luar biasa. Tapi betapa ruginya orang yg tdk pernah merasakan jatuh cinta. Patah hati krn bertepuk sebelah tangan, mabuk kepayang krn bisa menikmati hari2 bersama orang yg kita cintai, cemburu dll he..he... tapi asal semua itu masih diimbangi dgn akal sehat (jujur rek terkadang aku masih sering rindu saat2 "jath cinta" kyk dulu hihihi... nyebut po'o gak ingat umur). Mangkanya aku sering terbuka sama anaku Farah bahwa kalau dia lagi "menyukai" seorang teman lawan jenisnya jangan sekali-kali dipungkiri atau dihalau. Biarkan dia hadir krn itu bisa mengisi cerita dlm har-harimu. Tapi...... hati-hati.... dia harus bisa membentengi hatinya sendiri dgn besi dan baja saat harus menghadapi kenyataan bahwa setiap rasa suka itu akan berakhir dengan "kesedihan". Gak usah khawatir, msh banyak yg lebih "oke" ngantri di belakang he..he... Tapi aku sempet terperangah lho saat anaku tanya apa sih maksudnya "naughty kiss" nah lho.... aku bingung njelasnone hihihi..... Ok FunkyMamy, artikel kali ini emang "sesuatu" banget .... aku tunggu artikel lainya neeh.....
ReplyDelete'Naughty kiss'? Hem... FunkyMami juga bingung apaan neeh? Masih ada hubungannya sama roti 'kissmis' nggak ya?
ReplyDeleteijin share ya mbak
ReplyDeleteDengan senang hati Mbak Vika Veranika Arfianny Arifien
ReplyDelete