LIMA CARA MENYIKAPI PERSAINGAN KAKAK ADIK
Mereka terlahir untuk dicintai dan mencinta. Tiap hari disayang dan dididik untuk menjadi anak yang lembut hati. Tapi begitu si Adik lahir mulailah si Kakak merasa betapa si makhluk imut itu adalah monster kecil yang merusak eksistensinya. Masa-masa kehidupan seorang pangeran dan putri pun berakhir sudah. Yang ada hanyalah masa-masa seorang ajudan... Yep, welcome to the real world!
Meski banyak kakak adik yang sangat beruntung bisa menjadi sepasang sahabat, banyak juga kakak adik yang tak ubahnya Mohammad Ali v.s Larry Holmes. Terutama banyak kakak-kakak yang merasa posisi pentingnya dalam keluarga tiba-tiba tergeser oleh kehadiran si adik. Jujur saja, mereka memang benar-benar kalah saingan. Yang jelas, kalah lucu! Ngomong-ngomong soal lucu, oh, betapa mudah berubah cara pandang kita terhadap kelucuan seorang anak. Waktu si Adik belum lahir, biar dicibir kiri kanan, si Kakak yang sudah berumur 6 tahun adalah anak yang super lucu dan menggemaskan. Bahkan, tetangga FunkyMami masih suka melucu-lucukan anaknya yang sudah hampir 9 tahun! Maklum, dia anak tunggal. Tapi begitu si Adik lahir, tiba-tiba si Kakak harus menjadi sosok ‘anak lebih tua’ yang harus bertanggung jawab, tidak manja, berbaik hati sama si adik meski ditonjokin...
Dan oh, betapa seringnya kita mengabaikan perasaan si Kakak tanpa sadar. Betapa kita lupa bahwa jika kita berada di posisi si Kakak, perasaan kita pun bakal hancur lebur. Semua yang dia miliki sebelumya terampas begitu saja, nggak cuman perhatian orang tua tapi juga mainan plastik Sponge Bob dari Mc Donald. Rasa iri pun mulai menggerogoti dan perang Baratayuda tak bisa dihindari. Apa yang kita lakukan?
“Ya ampun kakak, udah besar tapi nggak ngerti juga. Adik kan masih kecil, biarin aja dia ambil mainanmu!”
“Jangan mukul balik, tenaga si adik kan nggak sekuat tenagamu!”
“Bisa jadi si adik yang mulai, tapi kamu yang besar harus ngalah!”
“Jadi kakak harus pandai-pandai ngasih contoh. Lihat tuh, gara-gara ulahmu, dia ikut-ikutan nakal!”
Salahkah si Kakak jika dia tiba-tiba berhayal pingin minggat ke rumah panti asuhan?
Huh, salah lagi, salah lagi. Betapa susahnya jadi orang tua. ‘Sapa suruh datang Jakarta, sapa suruh datang Jakarta’ *sambil siul-siul*
Bapak-bapak, ibu-ibu, apapun yang kita lakukan dalam menghadapi persaingan kakak adik tidak akan benar di mata anak. Meski kita memproklamirkan depan anak bahwa kita adalah ortu yang adil, di mata mereka kita tak ubahnya ibu tiri si Cinderella. Betapapun persis garis-garis potongan roti sandwich yang kita buat, di mata mereka satu sandwich bentuknya kuadrat, satunya lagi jajaran genjang. Jadi, kita nggak perlu meratapi diri karena merasa gagal menjadi ortu yang adil.
Lima poin di bawah mungkin bisa membantu kita dalam menyikapi perang Baratayuda anak-anak kita:
- Jangan terlalu berharap tentang ‘perfect harmony’ (keharomonisan yang sempurna). Hubungan kakak adik penting untuk belajar bersosialisasi. Beda pendapat dan perselisihan adalah termasuk di dalamnya.
- Beri pujian jika memang layak mendapatkannya. Jika anak bermain bersama dengan baik dan saling berbagi, beri perhatian dan pujian. Jangan terlalu cepat campur tangan jika tiba-tiba mereka bertengkar dan ‘hukum’ si nakal dengan tidak memberi perhatian.
- Kita adalah contoh nyata. Sikap, perbuatan dan kata-kata kita saat berselisih dengan pasangan adalah contoh nyata bagi anak-anak. Anak-anak akan mendapat contoh yang baik jika kita menyelesaikan masalah dengan suami/istri dengan sikap tenang dan bijaksana.
- Buat permainan. Kegiatan dan permainan team yang menyangkut ‘giliran’ dan ‘bekerja sama’ sangat membantu anak-anak untuk menghindari perselisihan.
- Play fair. Perlakukan anak-anak dengan seadil-adilnya dan jangan pernah berasumsi bahwa salah satu dari mereka selalu si biang keladi. Anda akan terkejut, betapa cerdik cara mereka untuk mengambil perhatian kita. Bahkan tidak jarang si kecil yang tampak innocent adalah si biang keladi.
Jadilah promotor yg baik...
ReplyDeleteTak woco-woco kok tambah pinter prasaku...nang ning ning nang ning nung...anake topo iki...
ReplyDeleteterima kasih dah sharring tip-nya:) membantu banget:)
ReplyDeleteSugeng Basuki: anakke Basman, bukan Topo. Anik Duewer: Sama-sama. kita kan punya masalah yg sama.. :)
ReplyDelete