10/31/2010

Sisi baik main game



Image source: Read the note at the bottom.


Sisi baik main game? Emang ada?


Main PC game bagi anak memang mengasyikkan. Kita, orang tua, sering dibikin jengkel oleh anak yang keranjingan main game komputer atau istilah lainnya PC game. Tapi jujur, nggak cuman anak yang suka main PC game, tapi kita-kita juga. Emang kenapa ya kok main PC game bisa mengasyikkan begitu? Kita semua sudah tahu jawabannya: tantangan.

Lalu kenapa bagi kebanyakan anak belajar di sekolah sangat membosankan meski mereka juga banyak mendapatkan tantangan?
Jawabanya, karena tantangan yang disediakan dalam proses belajar di sekolah berbeda dengan tantangan yang disediakan dalam PC game.

Beberapa perbedaannya adalah...


  • PERTAMA, video atau PC game hanya memberi informasi jika diperlukan. Video atau PC game mendorong pemain untuk melakukan sesuatu, dan memberi detailnya hanya jika pemain membutuhkan.
  • Kedua, video atau PC game menyediakan lingkungan atau suasana yang menantang tapi sekaligus juga bisa dipecahkan, atau istilahnya ‘challanging but doable environment’.
  • Ketiga, video atau PC game selalu mengumpulkan informasi dari pemain dan memberi feedback secara konstan.

Jika sekolah meniru beberapa strategi ‘mengajar’ seperti yang dipakai dalam video atau PC game, murid akan belajar lebih efektif. *Sok tahu nih FunkyMami, kayak ahli pedagogik aja!* Eh, bukan FunkyMami yang punya pendapat ini, tapi orang penting yang namanya James Gee, dari Mary Lou Fulton Presidential Chair dalam bidang Literacy Studies di Arizona State University. Bukan, dia bukan dari perusahaan Luis Vuitton, juga bukan dari perusahaan kursi *Emang, FunkyMami juga bingung bacanya. Ya gini ini lho, kalau postingan hasil terjemahan.*

Pak Gee ini percaya bahwa sekolah tidak perlu pakai game komputer dalam proses mengajar, tapi seharusnya menerapkan prinsip video atau PC game. Ini yang disebut ‘situated learning’ - karena murid ditempatkan dalam situasi dimana terjadi pemecahan masalah yang sebenarnya. Hal ini bisa digunakan dengan atau tanpa sebuah game. Seorang guru yang baik pasti sudah sering menerapkan hal ini.

Ah, FunkyMami jadi ingat sama guru 'favorit' jaman SD dulu. Dipikir-pikir dia memang top, karena di tahun 70-an, di mana bayangan tentang video game seabsurd film Flash Gordon, dia sudah menerapkan prinsip di atas. FunkyMami tidak pernah melupakan guru yang satu ini. Namanya Pak Sudiono. Badannya kekar kayak tamtama. Rambutnya dipangkas pendek dan kumisnya tebal lurus-lurus kayak landak. Kalau ngajar suka pake hem ngapret bin ngepres, trus lengannya dilipat ke atas untuk menunjukkan tatoo di lengan atas. FunkyMami lupa, gambar apa, yang jelas bukan gambar radio atau kulkas. Bener, nggak bohong. Dia memang guru SD. Mungkin dia nglamar jadi guru karena frustasi nggak diterima masuk ABRI. Pak Sudiono ini dalam mengajar juga memberikan challanging but doable environment. Tantangannya adalah mengancam anak dengan mencubit perut sampai lecet jika tidak bisa menjawab. Dan pemecahan adalah banyak murid bolos keesokan harinya karena ketakutan.



NOTE ABOUT IMAGE SOURCE:

Unfortunately I forgot to copy paste the link of the image source. If anyone has an objection regarding this matter, please contact me. I will remove the photo as soon as possible.

No comments:

Post a Comment