Kutu kepala? Emang kenapa? Kebanyakan anak mengalaminya kok!
Kutu kepala memang bukan topik baru di kalangan sekolah. Setelah ditemukan kasus kutu kepala di sekolah, biasanya masing-masing orang tua mendapat surat laporan dari sekolah tentang kasus ini tanpa menyebutkan nama murid yang menderita. Selai laporan surat tersebut biasanya juga berisi instruksi untuk mengecek rambut anaknya masing-masing. Jika ditemukan korban lainnya maka harus cepat dilakukan pemberantasan, bila perlu si korban dilarang masuk sekolah untuk beberapa hari.
Flash back 30 tahun yang lalu...FunkyMami pernah punya teman SD yang mempunyai masalah kutu kepala. Si anak yang sebenarnya cantik ini selalu diolok dengan kata-kata yang menyakitkan, karena hampir tiap helai rambutnya ditumbuhi telur kutu kepala, hingga warna rambutnya agak keabu-abuan (masih suka merinding tiap kali mengingatnya). Si anak dikucilkan, tidak dipedulikan bahkan kadang-kadang mendapat serangan fisik dari anak-anak nakal. Dia selalu sedih dan menyendiri. Saat itu baik pihak sekolah maupun orang tua sepertinya cuek. Sehingga kasus itu semakin berlarut-larut dan si teman semakin dikucilkan. Untung saat ini baik orang tua maupun guru bisa bertindak sigap terhadap kasus kutu kepala.
Fakta-fakta penting tentang kutu kepala
Kutu kepala bukan penyakit
Kutu kepala bukanlah penyakit. Bukan juga masalah sosial yang yang hanya dialami oleh golongan tertentu. Mitos telah mengajarkan banyak orang, bahwa kutu kepala hanya dimiliki oleh anak-anak dari golongan kurung beruntung, yang sering terlalaikan karena orangnya tua sibuk mencari nafkah, sehingga pendidikan tentang kebersihan sering terabaikan. Tidak betul. Masalah kutu kepala bisa dialami hampir semua anak, bahkan orang dewasa. Sejarah tentang kutu kepala sudah begitu tua, bahkan setua umur manusia sendiri.
Kutu kepala menular lewat kontak rambut
Kutu kepala bisa berpindah dari satu kepala ke kepala lainnya melalui kontak rambut secara langsung, misal: saat berpelukan, bermain gulat atau saat tidur bersama dalam perkemahan. Makanya nggak heran kalau kasus kutu kepala sering terjadi di pada anak usia TK atau SD, di mana anak masih suka bermain bersama. Kutu kepala tidak bisa meloncat maupun terbang dari satu kepala ke kepala lainnya. Juga tidak bisa bertahan hidup lebih dari satu hari tanpa ada sarana kepala manusia untuk mencari makan (darah) dan berkembang biak. Perlu diketahui: Kutu kepala bukanlah penyebab penyakit. Tidak juga ditularkan dari binatang piaraan.
Tanda-tanda adanya kutu kepala
Kutu kepala tidak merambat seperti kutu daun dan tidak gampang terdeteksi oleh mata. Binatang yang besarnya antara 2-3 mm ini bisa menyesuaikan warna dengan rambut si ‘tuan rumah’. Sebaliknya, telur kutu kepala lebih mudah ditemukan, biasanya menempel di rambut di daerah-daerah ‘posisi tidur’, yaitu belakang telinga dan tengkuk. Berkembang biaknya kutu kepala bisa berlangsung lama tanpa diketahui atau dirasakan. Biasanya setelah agak lama, kulit di daerah belakang telinga dan tengkuk terasa gatal, atau kadang muncul bintik-bintik merah pada kulit di belakang telinga. Jika tanda-tanda ini muncul, maka tindakan pemusnahan harus segera dilakukan.
Infeksi yang ditimbulkan
Penyebab rasa gatal adalah bekas gigitan dan hisapan kutu pada kulit. Kutu kepala memerlukan waktu sekitar 2 sampai 3 jam untuk ‘mengebor’ kulit (manusia tidak bisa merasakan) dan meninggalkan liurnya pada lubang. Liur ini berguna untuk menahan pengeringan darah terlalu cepat yang bisa menyumbat jalan darah. Jika area gigitan ini digaruk terlalu keras, maka sering timbul infeksi pada kulit.
Pemberantasan kutu kepala
Banyak anjuran cara tradisional untuk memberantas kutu kepala. Silahkan kunjungi link-link di bawah untuk keterangan lebih lanjut. Salah satu bahan yang sering digunakan untuk pemberantasan tradisional adalah cuka dan mayonis. Apakah cara ini bisa memberantas kutu kepala 100%, belum pernah terbukti. Yang jelas, di apotik dijual berbagai produk pemberantas kutu kepala. Banyak produk pemberantas kutu kepala yang mengandung racun serangga, yang bisa mematikan sistem kelenjar pada kutu. Konsultasi dengan dokter sangat dianjurkan sebelum menggunakan produk jenis ini pada balita, anak kecil, ibu hamil dan menyusui dan yang memiliki alergi tertentu.
Yang juga cukup ampuh adalah produk yang mengandung Dimethicone atau Silicone oil. Minyak silikon berfungsi menutup jalan pernafasan yang mematikan kutu kepala. Apapun jenis produk yang digunakan, sangat dianjurkan membaca petunjuk pakai dan keterangan tentang produk tersebut.
Tidak cukup dengan hanya satu kali perawatan untuk membinasakan semua kutu kepala dan telurnya. Ada kemungkinan beberapa kutu kepala masih hidup dan mengerami telurnya, sehingga muncul kutu-kutu baru. Untuk itu perlu dilakukan pengulangan perawatan setelah 8 sampai 10 hari. Hanya dengan cara ini siklus pengembangbiakan bisa dihindari.
Karena kutu kepala hanya bisa hidup dan berkembang biak di kepala manusia, maka sangat dianjurkan untuk membersihkan total barang-barang yang memungkinkan penularan.
- Cuci sisir, sikat rambut, jepit dan bando dengan air panas dan sabun.
- Ganti baju tidur, sprei, sarung bantal dan selimut, begitu juga handuk mandi.
- Masukkan tutup kepala atau jilbab, topi, scarf dan barang-barang penutup kepala lainnya ke dalam plastik tertutup selama 3 hari.
Masalah kutu kepala bukanlah masalah individu, melainkan masalah semua anggota keluarga dan komunitas yang bersangkutan, seperti TK dan sekolah. Orang tua diharapkan melaporkan ke guru jika anaknya mempunyai kutu kepala dan sebaliknya, sehingga kasusunya bisa segera diinformasikan kepada orang tua lainnya dan segera melakukan pengecekan pada anaknya masing-masing. Hanya dengan penanggulangan bersama pemberantasan total kutu kepala bisa dilakukan. Sudah saatnya kita menghilangkan sikap prejudis bagi korban kutu kepala, karena masalah ini bisa menimpa ke siapa saja, tanpa mengenal status sosial.
ARTIKEL TERKAIT:
REKOMENDASI BACAAN:
No comments:
Post a Comment